Baju kebaya hijau maseh setia bergantung di dinding kusam. Menanti pemilik nya menuntut dari kata janji yang lalu. Tapi dek kerana hamburan makian dan terpaan amarah tanpa soal selidik yang menuntut keseragaman harmoni, secara tidak langsung mematikan perasaan kasih yang berkocak. Baju kebaya hijau masih di dinding kusam itu lagi, menunggu masa tuk disarungkan, menunggu ketika untuk digayakan. Jika sampai waktu yang pasti, nescaya baju kebaya hijau itu sekadar menjadi satu pembaziran yang sia-sia. Kejutan yang tidak menjadi bak kata pembelinya.
Sehari berganti seminggu berganti sebulan berganti setahun.
Masih tiada tuntutan. Makin dilupakan. Mungkin sudah dipadam dalam ingatan. Dinding kusam makin menjadi kusam. Baju kebaya makin hilang seri hijaunya. Semakin bersawang dan terbiar. Mungkin nasib si kebaya hijau. Menjadi pemilik pada hati yang telah hancur jadinya. Si kebaya hijau tidak diraikan dan digayakan seperti baju-baju yang lain. Duduk riwayatnya hanya di dalam bilik yang dihuni dengan rasa bebal, sebal dan dungu.
Si Kebaya Hijau tiada pemiliknya lagi. Terbiar dan terbiar sehingga riwayat pembelinya senyap tak bernyawa lagi.
p.s : diam diam
Tiada ulasan:
Catat Ulasan